
Kesehatan Jantung Para Pengguna Rokok Elektronik
Rokok elektronik atau yang sering disebut vape makin populer dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang menganggap vape sebagai alternatif yang lebih “aman” dibanding rokok konvensional. Bahkan, tidak sedikit yang menggunakan vape sebagai jalan untuk berhenti merokok. Tapi, benarkah vape lebih ramah bagi kesehatan, khususnya kesehatan jantung?
Dalam artikel ini, kita akan bahas secara mendalam bagaimana penggunaan rokok elektronik bisa memengaruhi jantung dan sistem kardiovaskular, serta membandingkannya dengan dampak rokok biasa.
Rokok Elektronik: Apa Sih Isinya?
Sebelum masuk ke efek kesehatannya, penting untuk tahu dulu isi dari rokok elektronik. Berbeda dari rokok tembakau yang dibakar, vape bekerja dengan cara memanaskan cairan (e-liquid) hingga menghasilkan uap. Cairan ini biasanya mengandung:
- Nikotin (zat adiktif yang juga ada di rokok biasa)
- Propilen glikol dan gliserin (untuk menciptakan uap)
- Perasa kimia (bervariasi dari rasa buah, kopi, hingga permen karet)
- Zat kimia lain, termasuk logam berat dari alat pemanas
Meski terlihat lebih “bersih” karena tidak menghasilkan asap, vape tetap memasukkan zat-zat kimia ke dalam tubuh, termasuk nikotin yang berdampak langsung pada sistem kardiovaskular.
Nikotin: Musuh Utama Jantung
Baik di rokok biasa maupun rokok elektronik, nikotin adalah biang kerok yang paling berbahaya bagi jantung. Nikotin menyebabkan tekanan darah meningkat, mempercepat detak jantung, dan membuat pembuluh darah menyempit. Efek ini bisa memaksa jantung bekerja lebih keras dari biasanya, yang dalam jangka panjang bisa memicu:
- Hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Penyakit jantung koroner
- Stroke
- Gangguan irama jantung (aritmia)
Meski vape mungkin mengandung nikotin dalam jumlah berbeda-beda, sebagian besar produk mengandung cukup banyak nikotin untuk menimbulkan efek ini. Bahkan, beberapa e-liquid mengandung nikotin dalam kadar yang lebih tinggi dari rokok biasa.
Penelitian: Apa Kata Sains?
Beberapa studi dalam beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan bahwa penggunaan vape tidak seaman yang dibayangkan. Berikut beberapa temuan penting terkait kesehatan jantung:
- Studi dari American Heart Association (2020) menunjukkan bahwa pengguna rokok elektronik punya risiko lebih tinggi mengalami serangan jantung dibanding non-perokok, meski lebih rendah dibanding perokok tembakau.
- Penelitian di jurnal “Circulation” (2022) menemukan bahwa hanya dengan menggunakan vape selama 30 menit, terjadi peningkatan tekanan darah dan gangguan fungsi pembuluh darah.
- Uji klinis lainnya juga menunjukkan bahwa uap dari rokok elektronik dapat menyebabkan stres oksidatif dan peradangan pada pembuluh darah—dua faktor utama dalam perkembangan penyakit jantung.
Walaupun efeknya mungkin tidak seburuk rokok biasa, bukan berarti vape itu netral atau aman. Banyak peneliti bahkan menyebut rokok elektronik sebagai “bahaya jantung yang tertunda”.
Apakah Vape Lebih Baik dari Rokok Biasa?
Pertanyaan ini sering muncul, dan jawabannya cukup kompleks. Dari sisi jumlah zat berbahaya, memang rokok biasa menghasilkan lebih banyak senyawa karsinogen dan tar. Jadi, dalam konteks tertentu, vape bisa dianggap “kurang buruk”.
Tapi “kurang buruk” tidak berarti “baik”. Ini seperti membandingkan dua racun: salah satunya mungkin membunuh lebih lambat, tapi tetap racun.
Lebih parahnya lagi, beberapa pengguna justru menjadi dual user, alias menggunakan rokok dan vape sekaligus. Alih-alih mengurangi risiko, ini justru memperparah dampaknya terhadap jantung.
Anak Muda dan Risiko Jangka Panjang
Salah satu kekhawatiran terbesar dari penggunaan vape adalah meningkatnya jumlah pengguna muda. Karena rasa yang menarik dan pemasaran yang agresif, banyak remaja tergoda untuk mencoba—dan akhirnya kecanduan nikotin sejak dini.
Padahal, risiko jantung tidak selalu muncul langsung. Bisa saja baru terasa 10–20 tahun ke depan, saat mereka sudah dewasa. Maka dari itu, anggapan bahwa vape aman bisa menjadi bom waktu bagi generasi mendatang.
Kesimpulan: Haruskah Khawatir?
Kalau kamu pengguna vape, penting untuk menyadari bahwa meski tidak seberbahaya rokok tembakau, rokok elektronik tetap bisa memberikan efek negatif pada kesehatan jantung. Risiko seperti peningkatan tekanan darah, penyempitan pembuluh darah, dan stres oksidatif tetap nyata dan terbukti.
Bagi yang menggunakan vape untuk berhenti merokok, pendekatan ini bisa dimaklumi sebagai strategi jangka pendek. Tapi idealnya, penggunaan nikotin—dalam bentuk apapun—harus dihentikan sepenuhnya untuk benar-benar melindungi jantung.
Lebih baik konsultasi ke dokter atau mencoba metode berhenti merokok yang lebih aman, seperti terapi pengganti nikotin (patch, permen karet) atau konseling.
Penutup
Rokok elektronik bukan solusi ajaib untuk masalah rokok tembakau. Meskipun lebih modern dan terkesan lebih “aman”, kenyataannya tetap membawa risiko serius terhadap kesehatan jantung. Jadi, sebelum mengisap uap berikutnya, pikirkanlah: apakah itu benar-benar sepadan dengan risiko jangka panjangnya?