
Apakah Aman Asap Vape bagi Kita?
Vape atau rokok elektronik kini jadi bagian dari gaya hidup banyak orang, terutama anak muda. Salah satu alasan kenapa vape jadi tren adalah karena dianggap “lebih aman” dibanding rokok tembakau. Tidak ada asap, hanya uap. Tidak ada bau menyengat. Bahkan, rasanya bisa seperti buah atau permen. Tapi, apakah benar asap—atau lebih tepatnya uap—dari vape itu aman, baik untuk penggunanya maupun untuk orang di sekitarnya?
Di artikel ini, kita akan bahas kandungan uap vape, dampaknya terhadap kesehatan, dan apakah benar-benar aman untuk dihirup—baik secara aktif maupun pasif.
Apa Itu Asap Vape?
Pertama-tama, penting untuk meluruskan istilah. Rokok elektronik sebenarnya tidak menghasilkan “asap” seperti rokok biasa. Yang keluar dari mulut pengguna vape adalah uap aerosol, yaitu campuran partikel kecil dari cairan yang dipanaskan. Meskipun terlihat seperti kabut, sebenarnya aerosol ini mengandung berbagai zat kimia, termasuk nikotin, logam berat, dan senyawa berbahaya lainnya.
Kandungan dalam uap vape bisa berbeda-beda tergantung merek dan jenis cairan yang digunakan, tapi umumnya terdiri dari:
- Nikotin (zat adiktif yang memengaruhi otak dan sistem saraf)
- Propilen glikol dan gliserin (bahan dasar cairan vape)
- Perasa buatan
- Logam berat (seperti timbal, nikel, dan kromium dari coil logam)
- Senyawa organik volatil (VOC)
Meski tidak sepekat asap rokok biasa, bukan berarti uap ini bebas risiko.
Dampak Uap Vape bagi Pengguna Aktif
Banyak orang mengira kalau vape tidak mengandung tar atau karbon monoksida seperti rokok, maka otomatis lebih aman. Memang benar bahwa beberapa zat berbahaya dari pembakaran tembakau tidak ditemukan di vape. Tapi itu bukan berarti vape bebas bahaya.
Beberapa dampak kesehatan dari menghirup uap vape bagi pengguna aktif antara lain:
- Iritasi saluran pernapasan: Uap dari propilen glikol dan perasa kimia bisa menyebabkan batuk, tenggorokan kering, dan sesak napas.
- Kerusakan paru-paru: Dalam beberapa kasus, muncul gangguan paru serius seperti EVALI (E-cigarette or Vaping Use-Associated Lung Injury), yang sempat merebak di AS tahun 2019.
- Masalah kardiovaskular: Kandungan nikotin dalam uap dapat meningkatkan tekanan darah dan mempercepat detak jantung.
- Ketergantungan nikotin: Vape tetap membuat penggunanya kecanduan. Bahkan, beberapa e-liquid punya kadar nikotin lebih tinggi dari rokok biasa.
Jadi, meskipun vape “lebih modern”, tetap punya risiko serius bagi tubuh.
Bagaimana dengan Perokok Pasif Vape?
Satu hal yang sering diabaikan adalah efek uap vape bagi orang-orang di sekitar pengguna. Meskipun uapnya terlihat “ringan” dan baunya tidak mengganggu, ternyata ada potensi bahaya juga bagi perokok pasif.
Menurut beberapa penelitian:
- Uap vape membawa partikel halus dan nikotin yang bisa terhirup oleh orang lain di sekitarnya.
- Anak-anak dan bayi sangat rentan terhadap efek ini karena sistem pernapasan mereka belum berkembang sempurna.
- Paparan jangka panjang terhadap aerosol vape bisa meningkatkan risiko gangguan paru dan iritasi saluran napas, walaupun lebih rendah dibanding asap rokok konvensional.
Artinya, uap vape bukan hanya urusan pribadi. Kalau digunakan di ruang tertutup atau dekat orang lain, ada kemungkinan dampaknya juga mengenai mereka.
Apakah Vape Aman Digunakan di Dalam Ruangan?
Banyak orang berpikir bahwa karena vape tidak menimbulkan asap tebal dan bau menyengat, maka sah-sah saja digunakan di dalam ruangan. Namun, uap dari vape tetap meninggalkan residu kimia di permukaan benda—seperti dinding, sofa, atau pakaian. Fenomena ini disebut “third-hand vape” atau uap tangan ketiga.
Residu ini mungkin tidak langsung terasa dampaknya, tapi jika terus-menerus menumpuk, bisa meningkatkan risiko iritasi, terutama pada anak kecil yang sering menyentuh permukaan dan memasukkan tangan ke mulut.
Beberapa negara dan kota bahkan sudah mulai memasukkan rokok elektronik dalam larangan merokok di tempat umum karena adanya risiko ini.
Apakah Uap Tanpa Nikotin Aman?
Ada juga jenis cairan vape yang diklaim “bebas nikotin”. Lalu muncul pertanyaan: kalau tidak ada nikotin, apakah aman?
Jawabannya: belum tentu.
Meski tanpa nikotin, uap vape tetap mengandung:
- Senyawa kimia dari perasa buatan
- Logam dari coil atau alat pemanas
- Partikel halus yang bisa masuk ke paru-paru
Beberapa perasa, seperti diacetyl (sering dipakai untuk rasa mentega), diketahui bisa menyebabkan gangguan paru-paru berat jika terhirup dalam jangka panjang.
Jadi, vape tanpa nikotin bukan berarti vape tanpa risiko.
Kesimpulan: Aman atau Tidak?
Vape mungkin terlihat seperti alternatif yang lebih ringan dari rokok tembakau, tapi tetap bukan produk yang bisa dikatakan aman. Baik bagi pengguna maupun orang yang menghirup uapnya, tetap ada risiko kesehatan—terutama jika digunakan terus-menerus dan dalam jangka panjang.
Uap dari vape bukan sekadar “asap yang menguap”. Ia membawa zat kimia, logam, dan partikel kecil yang bisa memengaruhi kesehatan paru-paru dan sistem kardiovaskular. Bagi anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan gangguan pernapasan, uap ini bisa sangat berisiko.
Penutup
Jadi, apakah aman asap vape bagi kita? Jawabannya: belum tentu dan kemungkinan besar tidak sepenuhnya aman. Meski lebih baik dari rokok biasa dalam beberapa aspek, vape tetap mengandung zat yang bisa membahayakan kesehatan. Jika kamu menggunakannya, penting untuk tetap sadar risiko dan tidak menganggap vape sebagai produk “bebas masalah”.
Kalau tujuanmu berhenti merokok, ada banyak cara lain yang lebih aman dan terbukti—seperti terapi nikotin, konseling, dan gaya hidup sehat. Ingat, paru-paru cuma sepasang, dan kita butuh mereka seumur hidup.